Pola Lantai dalam Tarian Daerah
Bentuk atau formasi
tertentu yang dibuat penari dalam sebuah tari dinamakan pola lantai.
Pola lantai merupakan garis yang
dilalui penari pada saat melakukan gerak
tari. Pola lantai ini dilakukan baik oleh
penari tunggal, berpasangan, atau penari
kelompok.
Dalam tarian, terdapat dua
pola garis dasar pada lantai, yaitu garis
lurus dan lengkung.
👉 Pola garis lurus terdiri
atas pola lantai horizontal, vertikal, dan
diagonal.
👉 Pengembangan pola lantai lurus dapat berupa pola lantai zig-zag, segitiga, segi empat, dan segi lima (perhatikan gambar A).
👉 pola garis lengkung dapat dikembangkan menjadi lingkaran, angka delapan, garis lengkung ke depan, dan garis
lengkung ke belakang (lihat gambar B).
Dua jenis tari daerah yang memiliki pola lantai yang
berbeda yaitu :
💦 Tari Jaran Kepang (dari
Yogyakarta)
Tari ini mempunyai pola lantai gabungan antara
pola lantai lurus dan lengkung yang sederhana. Pola lantainya antara lain pola melingkar, garis lurus ke depan, dan garis
horizontal. Pola lantai ini dibuat untuk formasi penari, tidak memiliki makna
tertentu.
💦 Tari Bedhaya Semang (dari Yogyakarta)
Tari klasik ini mempunyai pola lantai yang sudah tertentu dan mempunyai makna tertentu. Pola lantai yang digunakan memiliki nama tertentu, seperti gawang jejer wayang, gawang tigatiga, gawang perang, dan gawang kalajengking.
Mengenal Tari Pendet dari Bali
Tari Pendet merupakan salah satu tari tradisonal Bali yang sangat
populer. Lahirnya tari Pendet berawal dari ritual sakral Odalan di Pura
yang disebut dengan mamendet atau mendet. Mendet dimulai setelah
pendeta Hindu mengumandangkan mantra dan setelah pementasan
Topeng Sidakarya. Tari ini dipentaskan secara berpasangan atau secara
masal dengan membawa perlengkapan, berupa bokor, sesajen, dan
bunga.
Pendet disepakati lahir pada tahun 1950. Tari Pendet ini masih tetap
mengandung kesan sakral dan religius meskipun dipentaskan di sebuah
acara yang tidak berhubungan dengan kegiatan keagamaan. Pada
tahun 1961, I Wayan Beratha memodifikasi tari Pendet hingga menjadi
tari Pendet yang sering kita saksikan sekarang. Beliau juga menambah
penari Pendet menjadi lima orang. Setahun kemudian, I Wayan Beratha
dan kawan-kawan menyajikan tarian Pendet massal yang ditarikan oleh
800 orang penari untuk ditampilkan di Jakarta dalam acara pembukaan
Asian Games. Kemudian pada tahun 1967, koreografer tari Pendet
Modern, I Wayan Rindi, mengajarkan dan meneruskan tarian Pendet
kepada generasi muda. Selain Pendet, beliau juga mengajarkan dan
melestarikan tari Bali lainnya kepada keluarganya maupun lingkungan di
luar keluarganya.
Tari Pendet menceritakan tentang dewi-dewi kahyangan yang turun
ke bumi. Biasanya tari Pendet ini dibawakan secara berkelompok atau
berpasangan oleh remaja putri. Para penari Pendet berbusana layaknya
penari upacara keagamaan. Setiap penari akan membawa sesaji berupa
bokor yang di dalamnya terdapat bunga warna-warni. Pada akhir tarian,
bunga ini akan ditaburkan ke tamu undangan sebagai sebuah simbol
penyambutan.
Tari Pendet menggunakan pola lantai yang sangat sederhana dibandingkan pola lantai tarian bali lainnya. Tari Pendet hanya menggunakan
pola lantai berbentuk huruf V, pola lantai lurus, dan pola menghadap ke
samping kanan dan kiri. Seperti halnya tarian tradisional kebanyakan,
pola lantai pada tari Pendet tidak memiliki makna khusus. Tidak seperti
tari Bedhaya dari Yogyakarta yang memiliki makna di setiap pola lantai
tariannya.
Destia indah pratiwi no.6
BalasHapusRofiq kls5
BalasHapusMaulina Zahwa
BalasHapusNo=8
Alfareno Mitchell Nugraha
BalasHapusNo Absen 1
Sulthan 22
BalasHapus